Palisangka, Anak dari Pejuang dan Pengorbanan


Palisangka lahir pada tanggal 4 Maret 1927, sebagai putra dari Datupamusu, Raja Dolo yang disegani, dan Sauwera, perempuan bijaksana dari wilayahnya. Nama Palisangka bukan sekadar panggilan, tetapi sebuah simbol perjuangan dan pengorbanan yang mendalam. Datupamusu memberikan nama tersebut dengan makna yang menyimpan kisah pahit perjuangannya melawan penindasan penjajah Belanda.  


"Pali" berarti "dibuang", sedangkan "Sangka" bermakna "difitnah" atau "dituduh". Nama ini lahir dari perjalanan pahit Datupamusu yang harus menghadapi tuduhan berat dari pemerintah kolonial Belanda. Tuduhan pertama adalah penggelapan pajak, sebuah dakwaan yang dirancang untuk mencoreng kehormatan sang raja. Tuduhan kedua, lebih keji, menuduh Datupamusu sebagai pelaku pembunuhan terhadap seorang "bestleur" (pegawai pemerintah Belanda) bernama "Sondakh" di Bobo. Ironisnya, setelah Datupamusu dijatuhi hukuman, "bestleur" tersebut tetap hidup sehat dan menjalankan tugasnya di Manado, menunjukkan betapa tuduhan itu penuh rekayasa.  


Yang ketiga, Datupamusu dituduh mendirikan organisasi terlarang, Sarekat Islam, yang saat itu dipimpin oleh HOS Cokroaminoto, salah satu tokoh pergerakan nasional. Tuduhan ini dilayangkan di muka Pengadilan Donggala pada 14 September 1914. Meski tidak terbukti kuat, pengadilan kolonial tetap menjatuhkan hukuman berat kepada Datupamusu, yaitu pengasingan selama sembilan tahun di Ternate.  


Pengasingan itu menjadi masa-masa penuh perjuangan bagi Datupamusu dan keluarganya. Namun, tekad dan keteguhannya tidak goyah. Pada tahun 1926, Datupamusu kembali ke tanah kelahirannya di Dolo. Beberapa bulan kemudian, lahirlah Palisangka, anak yang menjadi simbol harapan dan perlawanan.  


Nama Palisangka adalah warisan yang menyatukan kisah penderitaan dan keteguhan. Sebagai putra dari Datupamusu, ia lahir dengan darah perjuangan, mewarisi semangat ayahnya untuk melawan segala bentuk penindasan. Palisangka menjadi bukti hidup bahwa meski kebenaran bisa difitnah, keadilan tidak pernah benar-benar lenyap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAPAT KERJA DEWAN ADAT KABUPATEN SIGI: SINERGI UNTUK KEMAJUAN DAN PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL

Rapat Persiapan Raker Dewan Adat Kabupaten Sigi di Desa Kaleke